Anggaplah ini sebuah kritik membangun dari saya, di jaman saya kecil dulu, porsi acara televisi untuk anak-anak dan untuk dewasa sangat seimbang dan patut diacungin jempol. Tidak seperti siaran televisi sekarang ini yang keberadaan tayangan anak-anaknya makin langka, tergusur kepentingan orang dewasa yang haus hiburan. Adapun film kartun atau sinetron yang ngakunya untuk anak-anak, kenyataan sebenarnya bukanlah tayangan untuk anak meskipun banyak pemeran anaknya di situ. Kenapa? Karena ceritanya tidak mengandung pesan mendidik dan penuh dengan adegan kekerasan baik fisik maupun verbal yang sangatlah tidak baik untuk ditonton anak karena anak pada dasarnya suka meniru, apalagi idolanya.
Ragam tayangan anak jaman dulu juga sangat bervariasi, tidak hanya film kartun, ada fragmen anak seperti 'cerita untuk anak' yang legendaris yang dipimpin oleh Kak Pipit Sandra dan suaminya yang tema ceritanya sederhana dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Ada juga acara lomba menyanyi dimana lagu-lagu yang dinyanyikan peserta murni lagu anak-anak karangan pencipta lagu anak seperti bapak A.T. Mahmud, Ibu Sud, dan beberapa lainnya. Lagu-lagu seperti Burung Kutilang, Kulihat Awan, Menanam Jagung, dan sebagainya semua bertema tentang alam, kegiatan anak belajar dan bermain, bukan seperti acara lomba menyanyi anak jaman sekarang yang cukup sering saya dengar pesertanya membawakan lagu orang dewasa yang bertema asmara atau masalah kehidupan yang belum pantas untuk mereka nyanyikan meskipun mereka punya suara yang indah dan menyanyikannya dengan sangat indah.
Ada juga acara lomba menyanyi dimana lagu-lagu yang dinyanyikan peserta murni lagu anak-anak karangan pencipta lagu anak seperti bapak A.T. Mahmud, Ibu Sud, dan beberapa lainnya. Lagu-lagu seperti Burung Kutilang, Kulihat Awan, Menanam Jagung, dan sebagainya semua bertema tentang alam, kegiatan anak belajar dan bermain, bukan seperti acara lomba menyanyi anak jaman sekarang yang cukup sering saya dengar pesertanya membawakan lagu orang dewasa yang bertema asmara atau masalah kehidupan yang belum pantas untuk mereka nyanyikan meskipun mereka punya suara yang indah dan menyanyikannya dengan sangat indah.
Tak ketinggalan ada juga siaran semacam kuis pendidikan "Cerdas Cermat" yang mengikut sertakan perwakilan murid dari berbagai sekolah di seluruh nusantara yang telah mendaftar. Isi pertanyaan acara ini murni pelajaran sekolah. Begitu juga ada acara belajar menggambar bersama Pak Tino Sidin (saya yakin 100% pasti semua yang angkatan jadul tau deh sama Bapak yang satu ini dengan penampilan baret hitamnya yang khas dan komentarnya "Bagus, baguss!!" yang tak terlupakan terhadap kiriman gambar-gambar hasil karya anak-anak dari seluruh nusantara. Stt...mau nyombong dikit, saya pernah lho ngirimin gambar hasil karya saya ke Pak Tino Sidin dan gambar saya itu termasuk salah satu yang dipamerin beliau...duh, bangganya saya waktu itu.
Untuk yang balita dan taman kanak-kanak, acara kebersamaan anak di bawah asuhan Bapak dan Ibu Kasur adalah salah satu tayangan yang ditunggu-tunggu. Begitu juga acara anak-anak asuhan Kak Seto dan Kak Heny Purwonegoro yang sering menghadirkan cerita lewat panggung boneka atau boneka tangan.
Menginjak tahun 80an, anak-anak Indonesia semakin dimanjakan oleh kehadiran panggung boneka Si Unyil dan orang-orang sedesanya, desa Sukamaju hasil karya Drs Suryadi (alm) yang baru saja tutup usia beberapa waktu yang lalu. Tau gak, si Unyil itu dulu satu angkatan sama saya di SD. Tapi sampai saya tamat sekolah dan bekerja, masih saja duduk di kelas 3 SD. Hahaaa...
Belum cukup dengan itu semua, tayangan ilmu pengetahuan alam yang bisa ditonton segala usia berjudul "Flora dan Fauna" turut menambah hiburan dan wawasan ilmu pengetahuan anak di masa itu. Acaranya mirip acara di stasiun televisi luar negeri National Geographic yang kita bisa nikmati lewat langganan televisi berbayar saat ini. Untuk pengetahuan alam yang satu ini, syukurlah di jaman sekarang ini masih ada beberapa stasiun televisi swasta lokal yang masih punya kesadaran memelihara tayangan mendidik semacam ini, sehingga dunia hiburan televisi tidak melulu disuguhi tayangan cerita kehidupan bergaya hedonis semata.
Untuk yang balita dan taman kanak-kanak, acara kebersamaan anak di bawah asuhan Bapak dan Ibu Kasur adalah salah satu tayangan yang ditunggu-tunggu. Begitu juga acara anak-anak asuhan Kak Seto dan Kak Heny Purwonegoro yang sering menghadirkan cerita lewat panggung boneka atau boneka tangan.
Menginjak tahun 80an, anak-anak Indonesia semakin dimanjakan oleh kehadiran panggung boneka Si Unyil dan orang-orang sedesanya, desa Sukamaju hasil karya Drs Suryadi (alm) yang baru saja tutup usia beberapa waktu yang lalu. Tau gak, si Unyil itu dulu satu angkatan sama saya di SD. Tapi sampai saya tamat sekolah dan bekerja, masih saja duduk di kelas 3 SD. Hahaaa...
Belum cukup dengan itu semua, tayangan ilmu pengetahuan alam yang bisa ditonton segala usia berjudul "Flora dan Fauna" turut menambah hiburan dan wawasan ilmu pengetahuan anak di masa itu. Acaranya mirip acara di stasiun televisi luar negeri National Geographic yang kita bisa nikmati lewat langganan televisi berbayar saat ini. Untuk pengetahuan alam yang satu ini, syukurlah di jaman sekarang ini masih ada beberapa stasiun televisi swasta lokal yang masih punya kesadaran memelihara tayangan mendidik semacam ini, sehingga dunia hiburan televisi tidak melulu disuguhi tayangan cerita kehidupan bergaya hedonis semata.
Indahnya masa kecil saya dulu. Saya cuma bisa berharap dan mendoakan semoga pihak-pihak penyelenggara hiburan televisi di masa kini dan mendatang diberi kesadaran untuk membangkitkan lagi acara hiburan anak yang benar-benar untuk konsumsi anak-anak, bukannya sekedar tayangan yang melibatkan anak tapi materinya kurang pantas untuk ditonton ataupun diperankan oleh anak-anak.