Minggu, 08 Mei 2016

Acara Tivi Jadul

Anggaplah ini sebuah kritik membangun dari saya, di jaman saya kecil dulu, porsi acara televisi untuk anak-anak dan untuk dewasa sangat seimbang dan patut diacungin jempol. Tidak seperti siaran televisi sekarang ini yang keberadaan tayangan anak-anaknya makin langka, tergusur kepentingan orang dewasa yang haus hiburan. Adapun film kartun atau sinetron yang ngakunya untuk anak-anak, kenyataan sebenarnya bukanlah tayangan untuk anak meskipun banyak pemeran anaknya di situ. Kenapa? Karena ceritanya tidak mengandung pesan mendidik dan penuh dengan adegan kekerasan baik fisik maupun verbal yang sangatlah tidak baik untuk ditonton anak karena anak pada dasarnya suka meniru, apalagi idolanya.
Ragam tayangan anak jaman dulu juga sangat bervariasi, tidak hanya film kartun, ada fragmen anak seperti 'cerita untuk anak' yang legendaris yang dipimpin oleh Kak Pipit Sandra dan suaminya yang tema ceritanya sederhana dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Ada juga acara lomba menyanyi dimana lagu-lagu yang dinyanyikan peserta murni lagu anak-anak karangan pencipta lagu anak seperti bapak A.T. Mahmud, Ibu Sud, dan beberapa lainnya. Lagu-lagu seperti Burung Kutilang, Kulihat Awan, Menanam Jagung, dan sebagainya semua bertema tentang alam, kegiatan anak belajar dan bermain, bukan seperti acara lomba menyanyi anak jaman sekarang yang cukup sering saya dengar pesertanya membawakan lagu orang dewasa yang bertema asmara atau masalah kehidupan yang belum pantas untuk mereka nyanyikan meskipun mereka punya suara yang indah dan menyanyikannya dengan sangat indah.
Tak ketinggalan ada juga siaran semacam kuis pendidikan "Cerdas Cermat" yang mengikut sertakan perwakilan murid dari berbagai sekolah di seluruh nusantara yang telah mendaftar. Isi pertanyaan acara ini murni pelajaran sekolah. Begitu juga ada acara belajar menggambar bersama Pak Tino Sidin (saya yakin 100% pasti semua yang angkatan jadul tau deh sama Bapak yang satu ini dengan penampilan baret hitamnya yang khas dan komentarnya "Bagus, baguss!!" yang tak terlupakan terhadap kiriman gambar-gambar hasil karya anak-anak dari seluruh nusantara. Stt...mau nyombong dikit, saya pernah lho ngirimin gambar hasil karya saya ke Pak Tino Sidin dan gambar saya itu termasuk salah satu yang dipamerin beliau...duh, bangganya saya waktu itu.
Untuk yang balita dan taman kanak-kanak, acara kebersamaan anak di bawah asuhan Bapak dan Ibu Kasur adalah salah satu tayangan yang ditunggu-tunggu. Begitu juga acara anak-anak asuhan Kak Seto dan Kak Heny Purwonegoro yang sering menghadirkan cerita lewat panggung boneka atau boneka tangan.
Menginjak tahun 80an, anak-anak Indonesia semakin dimanjakan oleh kehadiran panggung boneka Si Unyil dan orang-orang sedesanya, desa Sukamaju hasil karya Drs Suryadi (alm) yang baru saja tutup usia beberapa waktu yang lalu. Tau gak, si Unyil itu dulu satu angkatan sama saya di SD. Tapi sampai saya tamat sekolah dan bekerja, masih saja duduk di kelas 3 SD. Hahaaa...  
Belum cukup dengan itu semua, tayangan ilmu pengetahuan alam yang bisa ditonton segala usia berjudul "Flora dan Fauna" turut menambah hiburan dan wawasan ilmu pengetahuan anak di masa itu. Acaranya mirip acara di stasiun televisi luar negeri National Geographic yang kita bisa nikmati lewat langganan televisi berbayar saat ini. Untuk pengetahuan alam yang satu ini, syukurlah di jaman sekarang ini masih ada beberapa stasiun televisi swasta lokal yang masih punya kesadaran memelihara tayangan mendidik semacam ini, sehingga dunia hiburan televisi tidak melulu disuguhi tayangan cerita kehidupan bergaya hedonis semata.
Indahnya masa kecil saya dulu. Saya cuma bisa berharap dan mendoakan semoga pihak-pihak penyelenggara hiburan televisi di masa kini dan mendatang diberi kesadaran untuk membangkitkan lagi acara hiburan anak yang benar-benar untuk konsumsi anak-anak, bukannya sekedar tayangan yang melibatkan anak tapi materinya kurang pantas untuk ditonton ataupun diperankan oleh anak-anak.

Jumat, 06 Mei 2016

Hiburan Mewah Jadul

Bicara soal jadul rasanya kurang lengkap kalo gak ngomongin soal hiburan yang paling top di masa itu, televisi. Ya, televisi memang sebuah sarana hiburan yang belum terlalu memasyarakat di tahun 70an dan masih menjadi barang mewah yang belum tentu ditemui di dalam rumah kebanyakan orang.
Sebelum memasuki usia sekolah, saya pernah mengalami yang namanya mendengarkan radio bersama sekeluarga di malam hari sebagai hiburan karena belum memiliki pesawat televisi sendiri di rumah. 
Untungnya ada tetangga kami yang baik hati yang selalu mengundang saya bersaudara buat nonton film kartun untuk anak di sore hari. Jadi, sore hari adalah saat yang paling saya tunggu, sehabis mandi sore, saya dan adik-kakak saya beramai-ramai pergi nonton televisi ke rumah tetangga yang baik hati itu untuk menonton film kartun kesukaan kami lalu segera pulang setelahnya. Saya ingat, film kartun pertama yang saya tonton itu namanya KumKum, hihiii... Film ini bercerita tentang sekeluarga manusia purba yang berbicara dengan bahasa isyarat yang lucu. Selanjutnya menyusul film kartun Scooby Doo dan Flint Stone yang belakangan mulai dihidupkan lagi dengan cerita yang baru. Tapi semua tayangan itu dalam hitam putih, karena jaman itu belum ada pesawat televisi berwarna, heheee...
Sebagai hiburan baru, kala itu stasiun televisi di Indonesia cuma ada satu, Televisi Republik Indonesia (disingkat TVRI) yang notabene dikelola oleh pemerintah. Jadi gak ada tuh istilah berebut remote pengen nonton channel televisi kesukaan masing-masing. Sedihnya, meskipun TVRI adalah satu-satunya stasiun televisi, tayangan televisi baru dimulai pada jam 4 sore dan berakhir sekitar jam setengah sepuluh malam setelah siaran berita terakhir. 
Namun di balik kekurangannya tersebut, ada hal yang saya suka, yaitu tayangan seperti berita, film atau musik bebas dari potongan iklan yang numpang lewat di tengah tayangan seperti sekarang ini. Sebagai gantinya, semua iklan ditampung dalam tayangan tersendiri yang berjudul "Siaran Niaga".
Demikian pula para aktor dan aktris pengisi siaran televisi sangatlah terbatas jumlahnya, tidak seperti sekarang, dan honor yang mereka terima tidaklah sebesar para aktor dan aktris jaman sekarang. Jaman sekarang seorang aktor atau aktris muda yang baru terjun belum sampai setahun saja ada yang sudah bisa beli kendaraan atau tempat tinggal sendiri atau sekedar menikmati honornya dengan plesir ke luar negeri. Wah enaknya, pantesan remaja sekarang banyak yang ngebet pengen jadi artis yaaa... Saking banyaknya artis jaman sekarang, sampai saya kadang gak ngeh kalau gak dikasih tau ponakan saya yang ABG kalau ternyata yang bersangkutan 'artis' saking banyaknya stasiun televisi.
 

Rabu, 04 Mei 2016

I Miss Mr.Postman

Sejak memasyarakatnya penggunaan surat elektronik (nama bekennya e-mail) dan telepon genggam, boleh dibilang keberadaan kantor pos semakin terlupakan terutama di kalangan muda (termasuk saya :p)
Saat ini orang mampir ke kantor pos palingan cuma untuk kirim paket, kirim surat resmi atau formulir yang membutuhkan tanda tangan basah kita,atau yah sekedar beli meterai atau ngambil kiriman dari luar negeri. Padahal dulu yang namanya pak pos itu sangat ditunggu-tunggu untuk lewat di depan rumah, bahkan biar udah dibilang gak ada kiriman buat kita, suka dipaksa mampir dan diperiksa tasnya, heheee...maafkan kami Pak Pos.
Ya, kalo kamu hidup di masa itu, pastinya ngalamin gimana senangnya saat mendapatkan surat, kartu pos, kartu Natal atau kartu ucapan lainnya dari seseorang (asal bukan surat tagihan hutang). Sampai-sampai saya pernah punya sahabat pena yang saya kenal dari SD sampai SMA dan sayangnya kehilangan jejak sejak saya pindah ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah bahkan belum pernah ketemu muka hingga saat ini.
Saat Natalan dulu, saya juga suka adu banyak-banyakan dapet kartu Natal dengan kakak saya. Bandingkan dengan jaman sekarang yang pastinya sudah sangat langka orang mau mengirimkan kartu Natal buat kerabat atau sahabatnya. Padahal menurut saya, kehadiran kartu Natal secara fisik itu lebih romantis dan berkesan daripada sekedar ucapan selamat via sms, whatsapp atau sejenisnya. Apalagi kalau kartu itu datangnya dari seseorang yang sangat spesial di hati kita, kartu Natal itu bisa bolak-balik dipandangin, dibaca, dan bikin senyum-senyum sendiri.
Gak percaya? Coba aja kamu bayangkan sendiri, mana yang paling berkesan, dapet kartu yang ditulis tangan oleh pengirimnya (tulisan tangan tiap orang kan beda-beda tuh) atau dapet ucapan yang diketik seperti kartu ucapan elektronik ataupun sms, whatsapp dan sebagainya? Tuh kan, pasti suka deh. Apalagi kalo kartunya dari gebetan kamu. Hiya, dijamin bisa-bisa gak tidur semaleman bolak-balik mandangin tuh kartu. Heheee...

Minggu, 01 Mei 2016

Kasihan Anak Jaman Sekarang...

Saya kasihan melihat anak-anak jaman sekarang. Menurut saya, masa kanak-kanak jaman saya kecil dulu jauh lebih membahagiakan daripada apa yang dialami kebanyakan anak-anak sekarang, terutama yang tinggal di perkotaan.

Pasalnya, dulu saya sangat bebas bermain dan bertualang mengeksplorasi lingkungan sekitar. Persis seperti dalam tayangan televisi Si Bolang, salah satu tontonan kesukaan saya. Meskipun saya seorang anak perempuan, saya bebas nyebur ke kali nangkap ikan atau mencari sesuatu yang menarik, manjat pohon,bersepeda keliling kompleks bahkan sering mencuri-curi sampai keluar kompleks, blusukan main di kebun kosong hingga menjelang sore dan sebagainya. Lelaki, perempuan, kecil hingga remaja semua bermain bersama dalam suasana yang akrab dan lepas tanpa kekhawatiran berlebihan dari orang tua selain dimarahi karena bermain hingga lupa waktu untuk makan, belajar dan beristirahat.

Sementara kebanyakan anak jaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktu luangnya bermain di dalam rumah atau rekreasi di mal dengan kawalan ketat orang tua.

Bukan salah orang tua juga, tapi kemajuan jaman dan era informasi bebas ternyata juga memiliki dampak buruk yang mempengaruhi kemerdekaan seorang anak untuk bermain.

Contohnya, kebebasan berinternet disebut-sebut telah menjadi biang keladi maraknya kasus kejahatan seksual terhadap anak yang sering kita dengar saat ini. Bukan cuma terhadap anak perempuan tapi juga terhadap anak lelaki dari bayi hingga remaja.

Hal ini telah membuat banyak orang tua khawatir dan terpaksa harus bersikap over protektif terhadap anaknya. Salah satu bentuk proteksi yang dilakukan para orang tua yang khawatir ini adalah dengan membatasi ruang gerak anak untuk tidak bermain di luar halaman rumah (kalau rumahnya tidak punya halaman, jadilah si anak menghabiskan waktu bermain di dalam rumah). Selain itu tak sedikit yang membekali anaknya yang belum cukup umur dengan telepon genggam dengan maksud agar bisa dilacak keberadaannya saat orang tua tidak bisa mendampingi mereka, sekalian memberikan sang anak "mainan baru" pengganti kebebasan mereka yang telah dibatasi oleh orang tua.

Mirisnya, telepon genggam yang ada di pasaran saat ini kebanyakan adalah telepon internet yang memungkinkan anak juga bebas berselancar dan mengakses informasi yang belum layak mereka konsumsi yang sering tanpa pengawasan orang tua. Akibatnya, dalam beberapa kasus kejahatan seksual terhadap anak, tak sedikit pelakunya adalah teman sebaya mereka sendiri. Sungguh ironis.



Jumat, 29 April 2016

Main Yuk!


Gak seperti anak sekarang yang piawai main game online atau play station, kami dulu lebih banyak menciptakan permainan sendiri dan terkadang tanpa alat main. Beberapa permainan ini ada yang masih dimainkan anak jaman sekarang meskipun terbatas di jam sekolah.

1. Petak Umpet

Yang ini masih dimainkan juga sama anak jaman sekarang, cuma karena situasi yang berbeda saat ini, ngumpetnya terbatas di dalam rumah, seputar halaman rumah (kalo punya) atau di sekolah. Kalau kami dulu bisa ngumpet sampe di atas pohon, halaman tetangga atau lebih jauh lagi hehee...

Petak Umpet (photo credit: nyoozee.com)
Kalo di Jawa, kata almarhumah nenek saya namanya 'Padang Bulan', karena dulu sering dimainkan anak-anak saat terang bulan datang. Sementara di tempat saya menghabiskan masa kecil, di Sumatera Barat, namanya 'Mancik-mancik' dimana mancik artinya tikus. Maksudnyadalam permainan ini kita seperti tikus yang punya hobi ngumpet dan mengintip untuk mengambil kesempatan keluar dari persembunyian saat yang kebagian jaga lengah.

2. Ular naga

Masih ingat lagu ini? "ular naga panjangnya bukan kepalang, menjalar-jalar selalu kian kemari, .... ini dianya yang terbelakang" haaappp...yang ada di baris terakhir ditangkap sama ular naga dan ga boleh ikutan lagi sampai semua anggota permainan yang berbaris habis dimakan si ular naga. Dua orang yang jadi ular naga berpegangan tangan membentuk gapura untuk dilewati barisan anak yang mengitari keduanya sambil bernyanyi.
Di daerah, biasanya lagunya bukan ular naga, tapi menggunakan lagu anak-anak berbahasa daerah tersebut.

Permainan Ular Naga (photo credit: blusukan.de)
3. Galasin / Galah Asin / Gobak Sodor

Jaman saya SD, permainan ini juga sering dimainkan saat jam pelajaran olah raga karena tidak seperti olah raga permainan beregu lain yang memerlukan alat bantu semisal sepak bola, voli, basket dan sebagainya, permainan ini tidak memerlukan ketrampilan khusus yang membuat mereka yang kurang trampil memainkan bola misalnya, menjadi tersisih dan pada akhirnya hanya bisa jadi penonton saja.

Galasin / Galah Asin / Gobak Sodor (photo credit: kompasiana.com)
Kangen main galasin? Jangan malu, kamu yang udah merasa tua boleh-boleh saja main galasin. Beberapa RT sering mengadakan permainan ini pada perayaan 17 Agustusan. Selain menyehatkan jasmani karena menuntut kita berlari dan mengelak, juga bikin sehat rohani, karena biasanya akan ada banyak canda tawa yang ampuh ngilangin stress. Yuk main!


4. Lompat Tali Karet / Yeye

Buat yang cewek-cewek (kebanyakan yang main anak cewek), masih inget gak jaman sekolah dulu kita suka ngumpulin karet gelang entah itu nemu gak sengaja atau ngambil persediaan nyokap di dapur? Hehee... Karet yang terkumpul itu sedikit demi sedikit dirangkai menjadi tali dan semakin hari akan semakin panjang seiring bertambahnya jumlah karet gelang yang berhasil kita kumpulkan. Kalau sudah cukup panjang, siap untuk dimainkan.

Ada 2 macam permainan tali yang saya tahu, yang pertama namanya main 'merdeka'. Caranya, 2 orang yang berperan memegang tali harus meregangkan tali sampai lurus dan kencang, lalu meletakkannya dari tempat yang terendah (diinjak), naik ke lutut, paha, pinggang, dada, dagu, telinga, atas kepala hingga yang tertinggi adalah pemegang tali mengangkat tangan yang memegang tali setinggi mungkin dengan kaki berjinjit.

Peserta yang tidak berperan memegang tali akan berusaha melompati tali itu dengan berbagai gayanya sendiri. Temen saya yang jago, ada yang pake acara lompat jungkir balik segala...ckckck...hebat! Saya mah anak bawang yang kalau lompat biasa aja kakinya suka kelibet tali, dan jatuh, ujung-ujungnya jadi lebih sering kebagian yang megang tali hahaaa...

Aturan mainnya, mulai dari posisi tali terendah hingga pinggang, tidak boleh ada bagian tubuh yang menyentuh tali, pada posisi dada ke atas, buat yang kurang jago, hanya boleh dibantu dengan satu ujung jari yang menyentuh tali untuk membantu merendahkan posisi tali sedikit supaya kaki tidak nyangkut di tali.
lompat tali merdeka (photo credit: satu-indonesia.com)

Sebenarnya untuk permainan 'merdeka' ini, judul lebih pasnya bukan lompat tali, tapi menyeberangi tali, karena pada posisi tali berada di pinggang ke bawah, peserta dibolehkan tidak melompatinya, melainkan berjalan melewatinya dari bawah dengan posisi badan tengadah, tidak boleh  merangkak/menunduk.

lompat tali sambil bernyanyi (photo credit: kfk.kompas.com)
Untuk permainan tali yang kedua (saya lupa namanya), tali dalam keadaan kendur, dan dua anak yang bertugas akan mengayun tali dengan gerakan berputar dan seirama, sementara peserta lompat tali akan melompat mengikuti irama putaran tali sambil menyanyikan sebuah lagu sampai selesai. Yang paling lama bisa bertahan mengikuti putaran tali (tidak tersandung apalagi menginjak tali), dia yang jadi pemenang.
5. Congklak / Dakon

(photo credit: kompasiana.com)
Ini kebanyakan anak cewek juga yang mainin. Yang jadi biji congklaknya keong atau biji kuwuk. Sementara papan congklaknya macam-macam, ada yang dari plastik murah, kayu, hingga kayu mahal yang diukir. Papan congklak kayu mahal berukir ini sering dijadikan pajangan rumah atau sebagai hadiah souvenir khas Indonesia.

6. Permainan Engkrek

Waktu SD dulu, biasanya saya main permainan ini saat pulang sekolah sambil nunggu dijemput. Cara mainnya cukup seru, simak saja video di bawah ini.




Senin, 25 April 2016

Tommy I Love Youuuu...

Hahaaa...penasaran Tommy itu sapa? Itu cinta pertama saya. Hehee... itu lho, Tommy Page penyanyi asal negeri Paman Sam. Adik-adik generasi di bawah saya ada yang kenal gak ya? Dia itu cowok idaman saya jaman remaja dulu yang masih terlihat keren ampe sekarang.
Namanya ABG, poster bergambar muka dia nempel dimana-mana di dinding kamar saya. Kasetnya saya koleksi semua, berita tentang dia gak luput dari pantauan saya. Sayangnya saya gak pernah kesampaian nonton konsernya saat ke Jakarta kala itu. Sebagai anak daerah, saya cuma bisa iri sama teman-teman yang tinggal di Jakarta.
Ya, pertengahan tahun 80an boleh dibilang adalah masa awal Indonesia mulai mampu mengundang artis manca negara buat manggung di Indonesia. Tahun-tahun itu pula video clip baru mulai dibuat oleh para artis yang sebelumnya hanya punya album rekaman atau manggung. Siapa saja artis internasional yang ngehits di kalangan anak muda jaman itu?

1. Madonna
Masih eksis dan keren ampe skarang. Salut buat si Mpok Madonna. Lagu-lagunya di era 80-90an seperti Papa Don't Preach, La Isla Bonita, Material Girl, dsb masih suka saya denger ampe sekarang.
2. Debbie Gibson
Penyanyi Australia yang satu ini juga kesayangan saya. Siapa yang gak tau Electric Youth, salah satu hitsnya yang merajai tangga musik pop di radio (jaman dulu dengerin siaran musik di radio adalah kegiatan yang paling hits).
3. Kylie Minoque
Masih dari Australia, penyanyi yang satu ini tentunya juga dikenal sama generasi sekarang karena masih eksis dan masih terlihat keren dan awet muda. Lagu duetnya dengan penyanyi senegaranya Jason Donovan, Especially for you, adalah duet paling romantis di masa itu.
4. Tiffany
Bicara tentang penyanyi muda berbakat kurang lengkap kalo gak nyebut nama yang satu ini. Saya masih hafal lagunya yang satu ini, "If love is blind, I found my way with you..." Duh, mellow mellow gimana gitu.
5. NKOTB
Kalo tadi ngebahas penyanyi solo, sekarang giliran ngomongin boyband yang dulu top markotop jadi idola para cewe. Bicara tentang boyband, ini dia boyband legendaris 80-90an yang keren abis. Cowo-cowo Baru Tetangga Sebelah!! (terjemahan bebas buat New Kids On The Block heheee).


Jumat, 22 April 2016

Penyanyi Cilik Jadul

Jaman saya kecil (tahun 70an - awal 80an) belum ada CD, yang ada kaset. Kala itu masih banyak penyanyi cilik dan juga pengarang lagu anak-anak yang produktif, sehingga anak-anak masa itu menyanyikan lagunya sendiri, bukan lagu orang dewasa seperti sekarang ini.

Adapun penyanyi cilik terkenal di masa itu antara lain.

1. Ira Maya Sopha
Meski ngetopnya sebagai pemeran cinderella dan main dalam beberapa film, Ira lebih dikenal sebagai penyanyi cilik dan punya beberapa album baik solo maupun duet dengan Adi Bing Slamet, hingga saat ini Ira masih aktif meramaikan dunia kesenian Indonesia.

2. Adi Bing Slamet
Siapa yang tidak kenal sang maestro Bing Slamet? Seniman besar peranakan Tionghoa ini banyak berjasa mengembangkan dunia seni Indonesia. Darah seninya yang kuat juga diturunkan kepada putra-putrinya, yang utama Adi Bing Slamet, idola bocah lelaki tahun 70-80an. Bukan cuma kaset dan filmnya yang diserbu masyarakat, model rambut dan gaya berpakaian Adi juga menjadi trend di kalangan para bocah lelaki masa itu.
Sebagai satu-satunya penyanyi bocah laki-laki yang top di angkatannya yang didominasi anak perempuan, Adi sering dijadikan pasangan duet bagi beberapa penyanyi cilik perempuan. Wuih, kecil-kecil udah jadi raja minyak, hihiii. Adi juga main di beberapa film komedi dan anak, tapi namanya lebih dikenal sebagai penyanyi cilik. Adik dan kakaknya Uci Bing Slamet dan Iyut Bing Slamet belakangan juga ikut terjun meramaikan dunia kesenian Indonesia namun tidak di usia sebelia Adi. Adi sendiri masih eksis berkecimpung di dunia hiburan Indonesia hingga saat ini.

3. Chicha Koeswoyo
Seperti halnya Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo adalah putri seniman besar Nomo Koeswoyo, salah satu pentolan band legendaris Indonesia, Koes Plus. Adiknya Helen Koeswoyo juga sempat menyanyi mengikuti jejak sang kakak, begitu pula sepupunya Sari Yok Koeswoyo. Namun Chicha adalah yang paling menonjol eksistensinya. Seperti Adi, Chicha sempat menjadi idola anak perempuan di masa itu. Sayangnya Chicha dan saudara-saudaranya saat ini sudah mundur dari dunia kesenian Indonesia dan lebih banyak menjalani kehidupan biasa. Chicha adalah penyanyi bocah perempuan yang paling sering dipasangkan berduet dengan Adi.

4. Diana Papilaya
Diana Papilaya juga penyanyi cilik perempuan yang pernah berduet dengan Adi Bing Slamet. Albumnya yang terkenal adalah "Paman Darimana". Saat ini Diana juga sudah tidak berkiprah di dunia hiburan dan lebih memilih menjadi pengusaha.

7.Dina Mariana
Kalo kamu angkatan jadul, pasti kenal penyanyi cilik berwajah cantik satu ini dengan tahi lalat khasnya di dagu. Dina juga beberapa kali terlibat dalam film layar lebar dan sering mendapatkan peran anak antagonis. Dina juga sudah jarang terdengar kabarnya setelah menikah.

6. Liza Tanzil
Liza Tanzil adalah putri bungsu pendiri Sanggar Sangrila Ibu Maria Tanzil, penyumbang terbesar dunia hiburan anak tanah air. Liza sudah terjun ke dunia hiburan pada usia yang sangat belia baik menyanyi maupun akting. Seperti kebanyakan penyanyi cilik perempuan di jaman itu, Liza juga punya album duet dengan Adi Bing Slamet. Kabarnya Liza sekarang bermukim di luar Indonesia bersama keluarga kecilnya dan jauh dari hingar bingar dunia hiburan.

7. Nourma Yunita
Boleh dibilang Nourma adalah yang umurnya tertua di antara penyanyi cilik 70an ini. Selain menyanyi, dia juga pernah membintangi beberapa film. Nourma masih aktif di dunia hiburan hingga saat ini meskipun tidak seaktif Ira dan Adi.

8. Yoan Tanamal
Putri pasangan aktris lawas Enteng Tanamal (alm) dan Tanti Yosepha (alm) ini adalah penyanyi cilik terimut di era 80an. Penampilannya yang centil sungguh menggemaskan kala itu. Masih ingat salah satu hitsnya? "Aku sedih, duduk sendiri, Mama pergi, Papa pergi..." Sungguh ironis dan sedih karena lagu itu kemudian seolah menjadi mimpi buruk yang menjadi nyata. Perceraian kedua orang tuanya menjelang usia remaja Yoan sempat membuat dia terguncang. Yoan pernah menjadi pecandu narkoba sampai harus menggelandang. Namun Yoan saat ini sudah bangkit dari keterpurukannya dan juga banyak membantu memberi penyuluhan tentang bahaya narkoba serta masih aktif di dunia hiburan meskipun tak seterkenal masa kecilnya dulu.

9. Boby Sandhora Muchsin
Anak pasangan artis lawas Muchsin Alatas dan Titiek Sandhora ini beruntung punya orang tua yang berperan besar mendukung karir menyanyinya. Boby muncul menemani kesendirian Adi Bing Slamet seniornya sebagai penyanyi anak laki-laki yang albumnya laris manis di pasaran saat itu. Bahkan muncul sebagai idola baru. Saat ini Boby memilih karir di belakang layar sebagai produser rekaman. Seperti pasangan abadi Sophan Sophiaan dan Widiawati, Mama-Papa Boby terkenal sebagai pasangan ideal yang keharmonisan rumah tangganya membuat iri orang-orang.

10. Puput Novel
Puput Novel sudah eksis di dunia hiburan sejak usia 2 tahun. Seperti bintang cilik Yoan Tanamal, Puput harus menghadapi perceraian kedua orang tuanya di usia belia. Namun Puput lebih beruntung tidak sampai terpuruk kehidupan pribadinya seperti seniornya Yoan. Malahan keadaan tersebut membuat dia menjadi lebih dewasa dibanding anak seusianya. Puput juga masih eksis di dunia hiburan meskipun tidak setenar dulu lagi.

11. Fitria Sukaesih
Anak sang ratu dangdut Indonesia fenomenal Elvy Sukaesih ini sempat berkecimpung di dunia hiburan anak baik musik dan film; Namun sekarang sudah jauh dari panggung hiburan.

Itulah sederet penyanyi cilik top di jaman saya kecil dulu di era 70-80an. Selain para penyanyi cilik ini, masih ada beberapa bintang cilik lainnya yang lebih dikenal sebagai model ataupun pemeran film seperti Ria Irawan, putri pasangan aktor dan aktris Bambang Irawan (alm) dan Adek Irawan, lalu Rano Karno putra bintang film kenamaan Soekarno M Noor yang sekarang memilih berkarir di dunia politik, hebatnya, Rano bisa tenar tanpa bayang-bayang nama besar sang ayah dan sempat memenangkan piala citra pertamanya di usia belia.
Kemudian juniornya ada Santi Sardi dan Lukman Sardi putra-putri pemain biola legendaris Idris Sardi (alm) (saat ini hanya Lukman Sardi yang masih aktif berkecimpung di dunia perfilman), Faradila Sandi, Kiki Rizky Amelia (fragmen TVRI Cerita Untuk Anak), putri Pipit Sandra (alm), penggagas Cerita Untuk Anak dan beberapa lainnya yang saat ini seperti menghilang jauh dari dunia hiburan. Ada yang mau nambahin?

salah satu album duet Adi-Chicha
Salah satu album duet Adi-Ira

Kamis, 21 April 2016

Fashion Ngehits Medio 80-an

Hayo ngaku, siapa yang pernah punya rambut berjambul ala Lupus? Bukan cuma cowok, cewek pun berjambul di tahun 80-an. Selain berjambul, rambut megar kering gak pake kondisioner dengan trap di bagian atas untuk membentuk jambul jadi trend saat itu. Saya pernah jadi korban mode, rambut lurus dikeriting supaya terlihat hits ala Madonna tahun 80an. Hasilnya? Gagal...malah jadi kribo :'((
Padahal udah bawa contoh gambarnya dari majalah kesayangan saya, ini penampakan contoh soal yang gagal itu...
trend rambut 80an (foto credit: kaskus)
Untuk baju formalnya, semua orang gak cewek ataupun cowok terlihat berbahu bidang sebagai efek padding (bantalan bahu) yang tebelnya hampir nyamain bantal. Baju junkies kaya kesempitan? Kuno! Itu milik taun 70-an. Trend-nya semua serba gombrong. Dan merek-merek baju casual top seperti country fiesta, Hani & Roberts, Hammer, Nail, C59 dan sebagainya sudah merajai pasaran dan jadi favorit anak muda. Model kaus yang ngehits saat itu adalah kaus kerah polo yang gombrong.

Untuk sepatu casual, saya ingat model sepatu flat aneka warna dari bahan kanvas yang lentur sangat nge-hits di kalangan anak cewek. Sementara yang cowok senang dengan sepatu kets model converse atau northstar.

Bicara soal warna, warna ngejreng jreng jreng yang cerah ceria adalah warna trendy yang mendominasi fashion cewek maupun cowok; Warna kalem ada juga tapi kurang eksis. Untuk pelengkap, blazer kantoran dengan potongan kegedean plus padding tebel di bahu dan warna genjreng seperti merah cabe, kuning gonjreng, ijo stabillo atau biru terang juga jadi salah satu fashion hits buat ke pesta. Sementara yang kasual ada jaket gombrong yang membuat cewek-cewek imut kelihatan tenggelam memakainya.

Bahan jeans warna ice washed juga jadi trend saat itu baik berupa jaket maupun celana model baggy, celana model longgar yang mengecil di pergelangan kaki. Celana senam ketat warna gonjreng atau celana kulit ketat ditambah ikat kepala adalah seragam tari 'break dance' yang jadi hits masa itu terutama di kalangan cowok-cowok. Kalo kamu cowok, ngaku aja, rata-rata kegiatan kamu kalo ngumpul sama temen-temen cowok selain olahraga adalah latihan break dance sambil bawa-bawa tape compo.

Yang judulnya pesta anak muda, kebanyakan akan ada acara adu 'break dance'. Siapa yang paling keren gayanya akan dapat banyak tepuk tangan dari penonton dan jadi idola cewek-cewek. Salah satu gerakan break dance paling top adalah berputar kaya gasing pake kepala (wow...hayo, adik-adik jaman sekarang bisa gak?).

Pastinya, cowok-cowok jago break dance jaman itu sekarang udah jadi pria setengah baya yang gak sedikit punya keluhan encok karena faktor 'u', hehee...

Begitulah ceritanya, taun 80-an memang terkenal paling eksentrik dalam dunia fashion. Gaya pakaian nyeleneh, energik dan cerah ceria seakan menyimbolkan jiwa muda yang penuh semangat meletup-letup.

Selasa, 19 April 2016

Berlangganan Majalah

Dari kecil, kami punya hobi baca yang ditularkan dari kedua orang tua kami. Bukan cuma buku cerita, majalah dan koran pun kami lahap. Untuk majalah, tentunya dibatasi yang layak dikonsumsi sesuai usia kami saat itu.

Jaman SD, kami berlangganan majalah Bobo, Ananda dan Donald Bebek. Satu-dua koleksinya masih ada hingga saat ini meskipun sebagian besar sudah rusak kertasnya akibat dimakan waktu dan juga akibat pindahan kami sekeluarga dari Sumatera ke Jakarta setelah kami tamat sekolah semua.

Menginjak remaja, kami yang anak perempuan berlangganan majalah Gadis, Anita Cemerlang (yang ini favorit saya, karena isinya khusus cerpen dan sampulnya unik, selalu berbentuk lukisan wajah, bukan foto), majalah Mode dan komik bergambar Nina. Pokoknya semua majalah yang nge-hits di kalangan remaja putri jaman itu. Sementara adik saya yang laki-laki satu-satunya berlangganan majalah Hai yang isinya kebanyakan tentang musik. Uang berlangganan majalah itu kami bayar dari hasil patungan uang saku / uang jajan kami lho, jadi gak minta orang tua lagi.

Jadi kangen pengen baca lagi majalah-majalah itu. Gak seperti majalah jaman sekarang yang banyakan iklan daripada isinya, majalah kami dulu meski kertasnya sederhana (Anita cemerlang pakai kertas koran untuk isi dalamnya), tapi isinya padat dan minim iklan. Bikin puas bacanya.



Minggu, 17 April 2016

Mainan Jualan Abang-Abang

Biasanya kalo gak jajan makanan, anak sekolah jajan mainan. Bukan mainan buatan pabrik seperti yang ada di toko besar, biasanya mainannya adalah mainan sederhana tapi unik dan gak bakal ketemu kalo cari di toko. Ini mainan dagangan abang-abang yang suka mangkal depan sekolah atau ngider keliling perumahan. Beberapa yang saya ingat adalah:

1. Tos-an Gambar

Maaf kalo ada yang tersinggung, menurut saya mainan ini yang paling cemen, hehee...pasalnya cara mainnya sederhana sekali, hanya mengadu gambar antar anak dengan cara meletakkan gambar di telapak tangan dengan posisi gambar terlihat, lalu melakukan tos dengan lawannya yang juga punya gambar di telapak tangannya. Gambar yang jatuh ke lantai/tanah dengan posisi tertelungkup adalah yang kalah. Mainan ini sudah ada sejak jaman saya SD sampe sekarang. Kebanyakan yang memainkannya adalah anak laki-laki entah karena gambarnya mayoritas adalah robot, pahlawan super hero, mobilan dan sejenisnya yang identik dengan hal-hal maskulin.

Permainan gambar (photo credit: olx.co.id)
Balon Tiup
2. Balon tiup

Mainan yang satu ini selalu jadi rebutan. Namanya anak-anak, mana sadar bahaya kesehatan meniup balon menggunakan sedotan yang sama secara bergantian.

3. Tiup Busa Sabun

Modelnya mirip dengan balon tiup. Bedanya yang ini bahan balonnya cuma berupa air sabun yang ditiupkan melalui sedotan dengan lubang bulat di ujungnya dan menghasilkan busa sabun seperti saat kita mandi atau mencuci piring / baju. Tentunya busa ini hanya bisa dinikmati sekejap, tidak seperti balon tiup yang bisa dimainkan menjadi bola sesaat atau dibentuk ulang asal tidak bocor.

Mobil-mobilan dari kulit jeruk bali (photo credit: kaskus.co.id)
Masih banyak mainan sederhana lainnya yang pada jaman saya kecil dulu bahkan kami buat sendiri karena terbatasnya uang saku. Mainan itu misalnya layangan, yoyo, gasing, kincir angin sederhana yang juga pernah jadi prakarya jaman TK, mobil-mobilan dari kulit jeruk bali dan sebagainya.

Bikin Yoyo dari bekas tutup galon (photo credit: bintangtop.com)
Menciptakan mainan / permainan sendiri seperti ini sangat bagus untuk mengembangkan kreatifitas dan daya imajinasi anak sehingga anak tidak menjadi manja, gampang menyerah dan hanya mau terima jadi saja tanpa mau berpikir dan berusaha mengupayakan kebutuhan mereka dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.









Jumat, 15 April 2016

Tas Koper Presiden

Maksunya bukan tas koper punya Pak Presiden, lho. Hehee... Yang saya maksud ini adalah tas sekolah berwujud koper yang pernah jadi trend di jaman saya SD dulu. Oh gitu...

iklan tas President diambil dari fjb.kaskus.co.id
Hmm...dari namanya aja terbayang kan harapan si pembuat tas ini. Dengan pake tas ini, pemiliknya bakalan terlihat keren dan berwibawa layaknya seorang presiden. Wah, wah... Eh, mau ngapain anak kecil punya tas koper? Ha? Sekolah bawa koper? Ha..haaa...pastinya anak sekarang terheran-heran. Iya, jaman saya dulu bawa tas koper ke sekolah itu sangat trendy dan keren. Bahkan seorang bos-bos perusahaan juga saat itu trend-nya bawa tas koper ke kantor.

Tenang, jangan ngebayangin kami bawa koper gede kaya mau naik pesawat, koper yang ini bentuknya langsing, bahannya kokoh dan terlihat gaya. Kamu bisa bawa permen coklat ayam kesukaanmu tanpa takut permennya jadi lumer atau patah akibat ketindihan buku dan barang bawaan lainnya. Tersedia dalam ukuran kecil untuk anak sekolah, dan yang besar untuk para direktur. Pastinya anak sekolah sekarang gak bakalan bisa pake tas koper ini, lha saya liat barang bawaan anak sekolah sekarang sangat memprihatinkan banyaknya, seperti mau pindah rumah. Cocoknya bawa koper untuk bepergian naik pesawat.


Rabu, 13 April 2016

Permen Coklat, Jajanan Favorit Sepanjang Masa

Coklat atau tepatnya yang saya bicarakan adalah permen coklat, merupakan salah satu jenis permen yang punya banyak penggemar. Bukan cuma anak-anak, orang tua sekalipun pasti tak menolak untuk menikmati permen coklat. Jadi ingat coklat-coklat jajanan saya waktu kecil...

1. Coklat Ayam Jago

Jaman saya kecil dulu, permen coklat termasuk cemilan mewah yang harganya melebihi uang jajan anak sekolah. Mungkin karena di masa itu hampir semua permen coklat yang beredar di pasaran adalah produk impor. Hanya ini satu-satunya coklat yang rajin hadir di kantin sekolah dan warung dekat sekolah, coklat ayam jago!

kemasan coklat ayam jago jaman saya sekolah dulu (photo credit:kompasiana.com )

Eng ing eng...ini dia coklat murah meriah yang jadi rebutan saya dan teman-teman saya dulu, juga saya dan saudara-saudara saya. Pokoknya, Itu coklat jadi yang paling duluan habis di stoples sepasang kakek-nenek pemilik warung kecil deket sekolah saya dulu. Warung ini adalah warung favorit di kompleks sekolah saya. Mulai dari anak TK hingga mahasiswa senang nongkrong di warung ini karena pemiliknya sangat baik dan senang bercanda, juga gak masalah dihutangin sama kami. Padahal kalau melihat kondisi warung yang di belakangnya merangkap tempat tinggal mereka, bisa dinilai ekonomi mereka jauh lebih susah daripada kami yang rata-rata anak dosen, guru atau pegawai negeri lainnya. Tapi mereka selalu melayani kami dengan wajah ramah dan tidak pernah sekalipun saya dengar omelan keluar dari mulut mereka meski banyak mahasiswa dan anak SMA yang sekedar nongkrong ngobrol di warung mereka tanpa jajan apa-apa.

Memang, coklat ini rasanya kalah dibanding coklat van houten yang sejamannya. Tapi buat kantong anak sekolah, coklat ayam jago ini cukup memuaskan selera. Seingat saya dulu, harganya cuma dua puluh lima rupiah saja. Hehee...

2. Coklat Van Houten

Wah, ternyata coklat merek Van Houten ini termasuk produk coklat tertua yang masih bertahan hingga saat ini dan dikenal semua generasi. Sebelum muncul pesaingnya seperti cadbury, delfi, dll, kala itu hanya coklat ini yang menawarkan beberapa varian rasa seperti almond, hazel, milk, dark chocolate, orange, dll. Van Houten juga menawarkan beberapa macam kemasan dengan harga yang bervariasi.

Yang kalengan, model coklatnya bulat sebesar kelereng, ada isi di tengahnya, sering kami dapat sebagai parcel bingkisan Natal. Sementara yang model batangan ada 2 ukuran, yang terkecil kira-kira sebesar perangko, orang suka bilang namanya coklat tulip, bungkusnya ada yang orange, coklat, merah, hijau, biru, dsb. Yang ukuran besar kira-kira seukuran kartu nama, bungkusnya ada yang kuning dan ada yang merah tua. Tapi tetep aja, yang besar sekalipun gak akan mau saya bagi-bagi. Hehee...Ini penampakan mereka minus yang ukuran perangko (untuk yang ukuran perangko ini udah gak pernah saya liat lagi di pasaran. Ada yang jual tapi bukan Van Houten).

Coklat Van Houten kalengan
Coklat Van Houten ukuran kartu nama

3. Wafer berlapis coklat Superman

Entah karena ada gambar superman di bungkusnya, waktu kami kecil, adik saya yang laki-laki selalu mengklaim coklat ini adalah miliknya, alias cuma dia sebagai anak laki-laki yang boleh jajan coklat ini karena saya dan kakak saya perempuan. Idih! Dan jangan harap dia mau bagi-bagi., satu paketan wafer ini yang isinya 10 potong bisa dia habisin sendiri.

Buat kami kelahiran 70-an, ini tampilan kemasan wafer superman jaman sekolah dulu. Belakangan saya nemu lagi coklat ini di pasaran tapi rasanya sedikit beda (photo credit:

 4. Coklat Payung

Kalo yang ini muncul belakangan, jaman SD-nya adik saya yang kecil, awal 90-an. Tapi biarpun waktu itu udah gede, saya juga suka coklat ini. Seperti coklat lainnya di jaman itu, coklat payung ini cuma punya satu varian rasa, ya rasa coklat. Hihii. Cuma warna kemasannya saja yang macem-macem, ada merah, kuning, hijau, biru kaya lagu Pelangi.
coklat payung (photo credit: tokopedia.com)

5. Coklat Koin

Yang ini juga munculnya pertengahan 80-an. Sering kami pakai main untuk main uang-uangan. Kalau di pasar jualnya kiloan, di kantin sekolah dijual satuan, 50 rupiah saja.

coklat koin





6.Coklat Koin Besar / Coklat Emas

coklat emas / coklat koin besar
Biarpun ukurannya lebih besar, tapi boleh dibilang ini adeknya coklat koin sebelumnya, soalnya muncul di pasarannya lebih belakangan. Saya pribadi menamakannya coklat emas, karena kalo koin kayanya kurang pas, kegedean besar.

 6. Coklat Rokok

Ya, karena penampilannya persis rokok, coklat ini dinamakan coklat rokok. Entah karena nama itu pula coklat ini gak ada di kantin sekolah saya dan warung deket sekolah saya. Jadi kami belinya kalo pas diajak belanja ke toko kelontong dan dijualnya per pak.


7. Coklat Wafer

Hampir ketinggalan yang satu ini. Coklat nge-hits jaman saya SMP-SMA pertengahan 80-an sampe awal 90. Rasanya enaak banget.
iklan wafer di majalah Gadis dibintangi Inez Tagor

Senin, 11 April 2016

Koleksi Permen Jadul


Bicara soal jajanan waktu kecil, salah satu jajanan kesukaan anak-anak pastinya adalah permen. Ini beberapa permen yang top di jaman saya. Beberapa ada yang masih eksis sampai sekarang, ada yang masih persis sama, ada yang sedikit berubah.

1. Permen karet warna-warni

photo credit: tokopedia
Yang satu ini, biasanya diwadahin di toples gede tutup merah dan dijual satuan. Jaman saya SD dulu sih satunya 5 rupiah. Iya, bener, kamu gak salah denger, Rp.5 alias lima rupiah. Baru di jaman adik bungsu saya SD, sekitar tujuh tahun kemudian, harganya naik menjadi 100 rupiah per buah. Ckckck...kencangnya laju inflasi.

2. Permen telur cicak

Bentuknya bulat juga, seperti saudara kembar sama permen karet di atas, tapi yang ini lebih kecil persis seperti telur cicak, makanya dinamain permen telur cicak. Dijual dalam kemasan dengan isi beberapa butir dan bisa ditelen karena memang bukan permen karet. Tapi jangan harap menemukan rasa coklat yang kaya didalamnya seperti M&M atau sejenisnya yang ada jaman sekarang, permen telur cicak ini rasanya sederhana sekali, tapi yang namanya anak kecil ketemu permen yah sedap-sedap saja.
Saya tidak punya gambar yang persis dengan kemasan permen cicak versi warung jaman saya kecil dulu. Tapi pasti bisa kebayang kan, bentuknya kaya apa?

3. Butter Nut Collin's

Hmmm...siapa yang gak kenal dengan permen ini? Menurut saya ini adalah permen terenak sepanjang masa. Belum ada yang ngalahin rasanya! Ada selai kacangnya yang meleleh keluar kalau digigit. Sayangnya, butter nut collin's yang sekarang ukurannya jauh lebih mengecil dan isi selai kacangnya juga sedikit berkurang. Ngirit ongkos produksi kali ya? Sampai jaman saya kuliah, udah ukurannya gede, rata-rata permen model begini dihargai cuma dengan 100 rupiah dapat 3 biji! Pastinya bikin iri anak-anak generasi di bawah saya.

photo credit: bukalapak.com
4. Permen Trebor

permen trebor
Masih sejenis dengan butter nut collin's, tapi yang ini rasanya pedas-pedas manis. Rasanya mint dan ada coklat di dalamnya yang kalau digigit akan lumer di mulut. Hmmm gak kalah enak dengan butter nut collin's. Dan yang bikin saya rindu masa kecil adalah, permen jadul model begini semua ukurannya jauh lebih besar dari permen masa kini.

5. Permen Texas
permen texas
Permen texas ini lebih beragam penampakannya, ada yang merah, hijau, kuning, coklat, dsb. Rasanya mirip permen fox.

6. Permen Hacks

Nah ini dia permen legendaris. Saya masih nemu permen ini di daerah pecinan Jakarta Utara. Dulu, permen ini gak pernah absen ada di saku almarhum kakek saya. Beliau cinta sekali sama permen ini, katanya enak untuk menghangatkan badan dan melegakan tenggorokan. Setuju. Liat permen ini bikin saya rindu sama almarhum kakek saya.

permen Hacks
7. Permen Sugus

Sebelum ada merek-merek lain yang mirip permen ini, boleh dibilang sugus adalah pelopor permen lunak yang aman kalo ketelen. Istilah kerennya chewy di mulut. Kalo di warung deket sekolah saya dulu, jualnya gak 1 pak gini, tapi dibuka, dimasukin toples besar dan dijual satuan. Maksudnya pemilik warung biar harganya terjangkau untuk kantong anak sekolah dan mahasiswa.
Permen Sugus


5. Chiclets


Kalo yang ini sih jajanan waktu SMP, dan gak dijual di kantin sekolah ataupun warung deket sekolah karena harganya yang cukup mahal untuk ukuran anak sekolah jaman saya. Biasanya saya jajan ini kalo pas ke toko kelontong yang lebih gede (dulu belum ada mal, hehee...). Pertama-tama saya gak tau kalo ini nih permen karet, sempet saya telen dan panik pas dikasih tau itu permen karet. Upss, untung gapapa saya.

5. Chupa Chups / Lolipop / Permen Kojek

Sudah menjadi kesepakatan umum, siapapun yang ngemut lolipop ini akan terlihat keren dan cool. Saya paling suka yang ada hadiah tato-tatoan yang cara nempelinnya permukaan kulit harus dalam keadaan basah, Biasanya saya nempelinnya di tangan dengan cara menadahkan tangan yang mau ditempel di bawah air keran yang mengalir.

6. Pagoda Pastilles

Kalo yang satu ini, dari jaman Papa-Mama saya muda juga udah ada. Salah satu iklannya menampilkan pasangan ideal yang terkenal sepanjang masa, Oom Sophan Sophiaan (alm) dan tante Widiawati. Permen ini bisa jadi penghangat badan atau obat flu.


7. Chelsea

Bukan nama kesebelasan sepak bola, tapi ini nama permen yang diklaim sebagai permen termewah di jamannya. Konon karena rasanya yang impor dari Skotlandia, seperti yang tertulis di bungkusnya bagian bawah. Apapun itu, ini permen memang enak, rasanya karamel campur susu gitu.

8. Permen Cocorico

Ini permen ngetop jaman saya SMP. Bukan karena rasanya juga (rasanya sih kaya permen kebanyakan, manis asem gitu, dan bikin lecet langit-langit mulut kalo kebanyakan.

Yang bikin permen ini ngetop adalah iklannya, cewek cakep pake kaca mata item. Jaman dulu, pake kacamata item bukan buat ngelindungin mata saat panas terik, silau atau saat mata merah, tapi pake kacamata item kebanyakan buat gaya-gayaan. Hehee...

9. Permen TicTac

Ini dia  permen keren dari dulu sampai sekarang. Siapapun kamu, bukan cuma angkatan 70an pasti kenal permen yang satu ini.

10.  Permen White Rabbit

Siapa gak kenal permen ini. Saya sudah makan permen ini sejak masih di taman kanak-kanak tahun 70an. Permen impor dari Cina yang bisa dimakan bungkus dalamnya ini (katanya sih bungkus dalamnya yang putih itu terbuat dari agar-agar) pernah sempat dilarang peredarannya di Indonesia. Tapi syukurlah sudah beredar lagi dan tidak ada masalah. Permen ini dulu suka saya bekal saat pergi Sekolah Minggu.



Sabtu, 09 April 2016

Bang, Beli Es !!

Es..es..eeesss... duh, siapa juga yang nolak, asal gak lagi batuk-pilek. Bukan cuma anak-anak, orang tua juga suka sama jajanan yang satu ini. Gimana bentuk jajanan ini jaman dulu? Ini dia beberapa di antara yang jadi primadona:

1. Es mambo, es kebo, apalah itu namanya... :D
Kalo yang ini, paling enak diminum sehabis jam pelajaran olahraga atau di siang yang terik sepulang sekolah. Waktu itu harganya cuma lima hingga sepuluh rupiah saja, ah sedapnyaa...

Di sekolah saya dulu, bahan esnya kalo gak dari air teh, yah murni dari sirop yang ditambah biang gula, gak pake susu kaya yang dijual sekarang. Rasanya juga gak sehalus sekarang, masih kasar seperti es batu. Tapi namanya anak-anak yah kalo judulnya jajan gak terlalu peduli sama semua itu, yang penting rasa hausnya hilang.

penampakan termos es jadul tempat naruh es mambo yang dititip di warung-warung atau dijajakan keliling (photo credit: mahapuja.blogspot.com)

4. Es Dung-Dung
Es dung-dung sebenernya ya es puter, cuma waktu kecil di tempat saya dibesarkan di Sumatera, kami kenalnya namanya es dung-dung.

Apapun itu namanya, jajanan satu ini termasuk yang masih eksis hingga saat ini, tidak tersisih oleh kemajuan jaman; Bentuk dan rasanya pun masih sama. Saking enaknya, sampai diangkat kelasnya oleh salah satu produsen es krim terkenal di Indonesia menjadi salah satu varian es krim produksi mereka dan diklaim sebagai es krim asli Indonesia, tetap dengan nama khasnya "es dung-dung".

Es ini rasanya sangat istimewa. Tidak seperti layaknya es krim yang berbahan dasar susu, es ini berbahan dasar santan yang sudah pasti punya rasa gurih yang khas yang disukai mereka yang bukan penggemar susu. Dulu es krim berbahan dasar santan ini dianggap es krim kelas dua, es krim murahan, karena teksturnya yang tidak sehalus es krim berbahan dasar susu di samping juga harga susu yang jaman itu lebih mahal daripada santan.

Ngomong-ngomong, tahu gak kenapa dinamakan es dung-dung? Alasannya sebenarnya sederhana sekali, karena abang tukang jual es ini semua kompak menjajakan es ini bukan dengan meneriakkan nama esnya seperti layaknya pedagang makanan yang lain, tapi cukup dengan membunyikan sebuah lonceng yang digantung di samping gerobaknya yang bunyinya dung..dung..dung...duuung.

Dari dulu sampai sekarang, biasanya saat mendengar bunyi dung...dung...dung...dung ini, serombongan anak-anak akan segera berlari menghampiri abangnya dan berebut menyodorkan koin untuk mendapatkan satu skup es krim ini. Kalo yang jualan sekarang ada yang pake gelas plastik, jaman dulu mah gak ada, pilihannya cuma pake contong yang rasanya kaya kue wafer itu atau pake selembar roti tawar yang dilipat dua dan tengahnya diisi satu skup es ini. Hmmm...jadi nelen ludah membayangkan enaknya.

(photo credit: bobo.kidnesia.com)
3. Air Sari Tebu
Ini juga jajanan yang sudah naik kelas dari jajanan rakyat murah meriah menjadi jajanan mahal saat ini. Mungkin karena bahan bakunya saat ini makin susah didapat, jadi ya makin sedikit pedagangnya, terutama di kota besar seperti Jakarta.

Pedagang yang sekarang sih enak, karena sekarang ada alat peras tebunya yang tinggal dimasukin otomatis sudah memeras sendiri, bahkan ada franchisenya dari pengusaha besar. Jaman saya kecil dulu, mereka harus datang ke pabrik tebu dan antri untuk menampung airnya dan menjajakannya keliling dengan pikulan.

Karena jaman dulu kebun tebu banyak ditemui, namanya anak-anak yang sering bertualang main, dulu kami juga sering minum air tebu gratisan. Tinggal motong tebunya, kupas kulitnya dan potong-potong supaya gampang dikunyah untuk merasakan airnya yang manis (Ya iyalah, siapa juga yang mau ngunyah batang tebu langsung panjang-panjang, hihiii). Ampasnya jangan ditelan ya...hehee...yang giginya gak kuat juga jangan berani coba-coba gaya ini ya, nanti giginya copot. Mending beli aja sama abang-abang yang udah tinggal diminum. Kalo kamu males motong tebu begini, sSebenarnya ada juga sih pedagang kecil yang jual tebunya dalam bentuk potongan gini dan ditusukin kaya sate.

Kabarnya air sari tebu ini bukan sekedar jajanan gak bermutu yang untuk ngilangin haus doang lho, tapi air sari tebu juga punya khasiat obat untuk beberapa penyakit dan juga aman diminum bagi penderita diabetes.


Kamis, 07 April 2016

Ini Jajanan Saya, Kalo Kamu?

Tadi kan udah dibahas uang jajannya, sekarang mana jajanannya? Bicara jajanan anak sekolah pastinya ada bermacam jenis, mulai dari kue jajanan pasar, biskuit, permen, es sampai permainan sederhana yang buat orang dewasa yang gak ngerti imajinasi anak menganggapnya sampah.

Cerita jajanan saya ini bakalan panjang karena jenis jajanan yang saya tahu lumayan banyak macemnya, karenanya saya mau bahas satu persatu dengan mengelompokkan sesuai jenisnya.

Pertama yang akan saya bahas dalam tulisan kali ini adalah cemilan selain permen atau stick-stick-an gitu. Karena saya lahir dan besar di Sumatera, mungkin ada beberapa yang berbeda dengan teman-teman yang lahir dan besar di ibukota.

1. Sate 'carocok' Padang (bahasa lainnya Pincuk)
Hahaa...ketauan deh. Meskipun tidak punya darah keturunan Sumatera, saya lahir dan besar di Padang. Jadi, yang namanya makanan khas Sumatera Barat adalah makanan favorit saya yang selalu saya rindukan sampai mati (makan tanpa cabe adalah sebuah siksaan teramat kejam buat saya #lebaymodeon).
Nah, bicara soal sate padang, jaman sekolah dulu, dengan uang saku yang minim, sulit bagi seorang anak sekolah untuk beli 1 porsi sate Padang ukuran normal. Jadilah para Abang penjual sate padang yang baik hati menciptakan porsi sate ukuran mini dengan harga mini pula yang terjangkau oleh isi kantong kami anak-anak. Namanya carocok, bukan pelesetan bahasa Sunda 'cucok' loh hahaa. Carocok itu adalah daun pisang (jaman saya sekolah gak ada yang namanya kertas nasi, piring/gelas plastik atau styrofoam, semua serba daun pisang) yang dibentuk seperti corong kecil (pincuk) yang satu porsinya dihargai 25 rupiah saja. Isinya jangan ditanya, ya pasti beda dengan yang porsi normal, yang ini cuma satu-dua tusuk daging minus ketupat dan kuahnya dibanyakin, tar dagingnya diemut-emut dulu sambil bulak-balik dilumuri kuahnya untuk menikmati kelezatan bumbunya. Cihuuyy, kesampean deh jajan sate padang.

2. Pinukuik
Ini dia pancakenya Sumatera Barat. Rasanya sih lebih mirip kue dorayaki-nya orang Jepang, tapi penampakannya mirip serabi, bedanya ini dimakan gitu aja, gak dikuahin. Hmmm...blasteran Eropa-Jepang-Indonesia kayanya nih kue :D
pinukuik
 3. Biskuit Kancing / Gemrose
Kalo yang ini bukan khas Sumatera Barat, tapi semua anak sekolah di seluruh Indonesia pasti tau kue ini dan suka jajan di warung sekolah dulu. Namanya anak kecil ya pasti tertarik dengan warna-warni gula glasur yang bertengger di atas biskuitnya.

gemrose biscuit
4.Kuaci
Saya yakin gak ada yang gak kenal kuaci. Itu loh, yang bentuknya kecil banget, bukanya juga penuh perjuangan, karena harus pake gigi dan bikin gigi jadi jarang-jarang karena biasanya diselipin di antara gigi bawah untuk tumpuan, dan digigit pake gigi atas untuk bukanya. heheee...punya cara lain untuk buka kuaci yang gampang tanpa harus ngorbanin gigi? Bagi-bagi dong tipsnya sama saya. Ini beberapa kuaci yang saya ingat:

- Kuaci biji bunga matahari
Ini kuaci kesukaan saya. Soalnya, selain ukurannya rada gede (jadi gak sia-sia makan dan lebih gampang gigitnya), rasanya juga gak terlalu asin, tapi campuran gurih manis gitu. Kulitnya juga cantik, belang hitam-putih.

kuaci biji bunga matahari
- Kuaci biji semangka
Karena ukurannya yang mini, jadi rada susah ngupasnya, dan bikin saya males makannya. Kuaci ini sedikit lebih asin dari kuaci lain, bikin bibir saya jeding/dower dan kebas rasanya habis makan kuaci ini.
kuaci biji labu (photo credit: food.detik.com)



- Kuaci biji labu
Ini gede juga kaya kuaci biji bunga matahari, tapi lebih pipih dan isinya tipis, rasanya sedikit asin tapi kadang ada yang hambar.

Itulah kuaci-kuaci yang saya tahu dan ingat. Konon kuaci itu kaya vitamin E yang baik untuk kesehatan kulit dan kesuburan lho. Jadi, ayo rame-rame jajan kuaci...





Senin, 04 April 2016

Minta uang Jajan Dooong...

Kalau lihat uang jajan anak jaman sekarang, wuih lebih besar dari gaji pertama kakek saya dulu waktu baru kerja.(slip gaji)

Ngiri? Gak lah, wong yang namanya mata uang itu kan temenan baik sama inflasi. Mau tau berapa jajan saya waktu sekolah dulu? Nih dia...

Pertama dikenalin sama uang, mulainya ya dikasih receh dulu, itu juga baru dikasih setelah kelas 1 SD (waktu TK saya gak dapet uang jajan). Paling banyak saya dapat sehari 50 rupiah saja.

Jaman sekarang pastinya  sekeping uang receh saya itu gak ada nilainya, tapi jaman saya sekolah, dengan satu keping koin senilai 5 rupiah saja misalnya, udah dapet sebuah es mambo atau sebutir permen karet aneka warna.

Dukanya pegang uang receh ini adalah kalo pas tali sepatu lepas dan spontan menunduk membenarkan tali sepatu, kelupaan nyakuin receh, tinggg...jatuh dari saku dan terkadang menggelinding entah kemana...hiks.

penampakan uang jajan perdana saya tempo hari minus yang 100 rupiah
(photo credit:merdeka.com)
Hayo, siapa yang masih simpan uang logam ini? Saya masih loh, nemu di sisa celengan masa kecil saya yang masih disimpan dengan apik oleh Mama, buat kenang-kenangan katanya. Oh...hugs Mom.

Saat naik ke kelas 4 SD, uang jajan kami bersaudara ikut naik kelas menjadi seratus hingga dua ratus rupiah, kadang berupa koin, kadang uang kertas berwarna merah, tadaaaa...

 Begitu juga setelah masuk SMP, ditukar lagi warnanya menjadi hijau (500 perak). Dan saat Papa saya sedang ada rejeki lebih, suka diganti jadi warna biru bergambar Dr.Sutomo, salah satu pahlawan perintis kemerdekaan kita (yang gak tau buka lagi buku pelajaran sejarahnya ya...). Makasih Papa...




 






Setelah naik kelas, warna biru itu resmi menetap di kantong seragam SMP saya, cuma tukar gambarnya doang. Hayo, gambarnya siapa yang ada di dalam uang seribu rupiah ini? Hehee...

Gitu deh, secara bertahap, setiap naik kelas, uang saku saya dinaikkan nilainya mengikuti laju inflasi mata uang. Pas SMA sih foto Teuku Umar atau Kartini ini yang jadi favorit, tersimpan di saku seragam sekolah saya.

Sebenarnya saya lebih suka menyebutnya uang saku, karena saya termasuk anak manis (ehm) yang lebih sering memilih uang jajannya ditabung, dimasukkan ke celengan untuk nantinya membeli barang yang saya sukai seperti buku cerita atau sesuatu yang harganya cukup mahal buat saya waktu itu.
Apa gak lapar saat jam istirahat? Syukurnya tidak karena setiap hari Mama saya tidak pernah absen menyiapkan sarapan dan membawakan bekal untuk kami. Jadi, rasanya perut saya sudah terlalu kenyang untuk jajan. Sangat jarang saya menggunakan uang saku saya untuk beli jajanan. Peluk cium untuk Mama dan Papa.